Hari telah senja. Aku melangkah menuju jalanan selepas sembahyang ashar.
Di pintu gerbang sekolah, aku berjumpa dengan kursi-kursi yang diduduki para satpam penjaga sekolah.
Gagah, memang. Aku suka ketegasan mereka. Namun, dada ini terlalu lunak untuk menerima perkataan tajam dari lisan mereka.
Kucoba jelaskan apa yang kukerjakan. Namun sepertinya mereka tetap tak faham. Mulutku komat-kamit meluapkan emosi. Hingga air mata pun jatuh membasahi pipi.
Kalau saja aku tak sabaran, mungkin lisanku akan mengeluarkan samurai-samurai andalanku. Tapi untuk apa. Semua itu tak ada gunanya. Aku hanya bisa jelaskan dan tersenyum lepas untuk mereka. Lalu menangis di depan layar ponsel, sambil mengetik ceritaku di aplikasi Blogger.
Ku do'akan, semoga bapak satpam menjadi hamba yang Allah ridhai. Aamiin
Kamis, 15 Juni 2017
Rindu Bapak Satpam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar